Menyempurnakan Puasa dengan Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan

banner 728x60

Meskipun tidak membatalkan ibadah jika ditinggalkan, amalan-amalan sunnah tetaplah penting untuk dilaksanakan guna menyempurnakan dan meningkatkan keutamaan ibadah. Hal ini juga berlaku bagi amalan sunnah dalam ibadah puasa. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani (w. 1316), beliau telah memberikan penjelasan rinci mengenai hal ini.

Dalam kitab Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in (Darul Fikr, Beirut, Cetakan I, h. 194), ia menulis ada 10 amalan sunnah yang harus kita pelihara saat berpuasa.

Pertama, makan sahur. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‎تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

Artinya, “Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).

Sahur dapat terpenuhi dengan mengonsumsi sesuatu, meskipun hanya sedikit makanan atau seteguk air. Waktunya dimulai setelah tengah malam dan lebih utama diakhirkan, asalkan tidak sampai memasuki waktu yang meragukan, yaitu saat tidak jelas apakah masih malam atau sudah terbit fajar. Sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis:

‎لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).

Kedua, Disunnahkan untuk segera berbuka puasa sebelum melaksanakan shalat maghrib, tentu setelah memastikan waktu maghrib telah tiba, sesuai dengan hadis yang telah disebutkan. Ketika berbuka, dianjurkan memulai dengan kurma. Jika kurma tidak tersedia, maka berbukalah dengan air, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:

‎إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلْيُفْطِرْ عَلَى التَّمْرِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ التَّمْرَ، فَعَلَى الْمَاءِ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ Artinya,

“Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).

Urutan yang dianjurkan saat berbuka adalah memulai dengan kurma basah (ruthab) jika tersedia. Jika tidak ada, maka dengan kurma kering (tamar). Jika kurma kering juga tidak ada, maka berbukalah dengan air. Hal ini berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. biasa berbuka dengan kurma basah sebelum shalat maghrib. Jika tidak ada, beliau memilih kurma kering, dan jika itu pun tidak ada, beliau berbuka dengan air putih. Lalu, bagaimana jika tidak ada kurma dan air, tetapi yang tersedia adalah madu dan susu? Maka, madu didahulukan meskipun sama-sama manis.

Ketiga, membaca doa yang ma‘tsur sebelum atau setelah berbuka, antara lain dengan doa berikut:

‎اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ

Artinya, “Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, hanya kepada-Mu aku bertawakal. Sungguh, rasa haus sudah sirna, urat-urat sudah basah, dan balasan sudah tetap, insya Allah. Wahai Dzat yang maha luas karunia-Nya, ampunilah aku. Segala puji hanya milik Allah Dzat yang telah memberiku petunjuk, hingga aku kuat berpuasa. Lalu Dia memberiku rezeki, hingga aku bisa berbuka.”

Atau dengan doa yang lebih pendek dan masyhur:

‎اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya, “Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha penyayang di antara para penyayang.”

Keempat, disarankan untuk mandi besar dari junub, haid, atau nifas sebelum terbit fajar agar dapat menjalankan ibadah dalam keadaan suci. Hal ini juga untuk menghindari risiko masuknya air ke bagian tubuh seperti mulut, telinga, atau anus jika mandi dilakukan setelah fajar. Jika tidak sempat mandi seluruh tubuh sebelum fajar, cukup mencuci bagian-bagian yang rawan tersebut sambil berniat mandi besar.

Kelima, menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat, apalagi yang haram seperti berbohong atau mengumpat. Sebab, hal-hal tersebut dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan pahala puasa.

Keenam, menghindari segala hal yang bertentangan dengan hikmah puasa, meskipun tidak sampai membatalkan puasa. Misalnya, berlebihan dalam menyiapkan makanan atau minuman, atau terlarut dalam kesenangan yang memuaskan nafsu, seperti mendengarkan musik, menonton tontonan tidak bermanfaat, atau aktivitas lain yang melibatkan indera. Sebab, semua itu tidak sejalan dengan tujuan dan hikmah ibadah puasa.

Sumber: NU Online; 10 Amalan Sunnah Dalam Berpuasa
(Ustadz M. Tatam Wijaya)
https://islam.nu.or.id/ramadhan/10-amalan-sunnah-dalam-berpuasa-78EeB

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *